Mantan Meneg Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng menjajaki kemungkinan pengembangan teh Malino di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa. Ketertarikan itu diwujudkan manajer satu miliar tersebut dengan menemui Bupati Gowa Ichsan YL siang kemarin. Ichsan menyambut baik keinginan Tanri Abeng disertai penjelasan detil soal potensi lahan teh di Kecamatan Tinggi Moncong tersebut. Gowa telah mengembangkan teh sejak dulu.Pengembangan teh ini dilakukan sebuah perusahaan bernama Nitto Teh, hanya, potensi ini belum dijalankan maksimal oleh investor tersebut. Karena itu, Ichsan welcome kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di Gowa, asalkan itu mampu menggenjot kesejahteraan daerah dan masyarakat. “Kunjungan Pak Tanri Abeng ini masih bersifat tahap pembicaraan awal.
Kami berharap ada kelanjutannya,’’ ungkap Kabag Humas dan Protokol Setkab Gowa Arifuddin Saeni, seusai pertemuan di rujab. Produksi Teh Malino salah satunya dikelola PT Malino Teh yang saat ini sudah membidik pasar dunia. ‘’Kami akan fokus produksi ekspor pasar dunia, seperti Jepang, Amerika Serikat, Jerman, khusus jenis green tea (teh hijau),’’ kata Manajer Produksi PT Malino Teh Natsir Usman di Sungguminasa belum lama ini. Rata-rata produksi kebun teh Malino mencapai 150.000 ton per tahun yang menghasilkan 7 ton per hektare untuk teh kering atau sekitar 35 ton per hektare untuk teh basah.
Karena itu,pihaknya terus berbenah, salah satunya dengan melakukan peremajaan tanaman teh seluas 20 ha dari luas areal 200 ha secara keseluruhan untuk menggenjot produksi teh. Dia mengaku dari sisi harga, Teh Malino untuk pasar lokal dinilai dengan harga mulai Rp8.000/kg hingga harga Rp1.5000/kg, tergantung mutu teh yang diinginkan.Teh Malino mengembangkan empat jenis teh berkualitas, seperti jenis Tri 2025, Bukita atau Green Tea, Yutaka Midori,dan Benny Kamare. Empat jenis teh ini masih sangat diminati masyarakat dan diharapkan produksinya tetap berjalan baik.
Tentunya pihak manajemen terus melakukan pembenahan- pembenahan, baik kualitas SDM maupun pabrik-pabrik agar tetap berproduksi sesuai yang diharapkan. ‘’Kami juga berharap pemerintah, baik Pemprov Sulsel maupun Kabupaten Gowa,juga memperkenalkan Teh Malino kepada negaranegara lain,utamanya di Asia karena kualitasnya tetap terjamin dan bersaing dengan produksi teh lainnya baik di Indonesia maupun negara lain,”ucapnya. Sementara itu, Fahmi, salah satu pencinta teh di Makassar, mengatakan, kualitas teh hijau milik Kabupaten Gowa merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia.
Dari warna daun teh kering yang berwarna hijau tua, berarti proses penghentian fermentasi dilakukan dengan proses steaming.Apalagi teh ini memang khusus diekspor ke Jepang, negeri tersebutlah yang menemukan proses pembuatan teh hijau dengan steaming. ”Aromanya pun sangat khas seperti aroma rumput laut yang lazim terdapat pada sencha hijau dari Jepang,”katanya.